Hafid Yoga Panuntun
∙20 February 2025
Tech winter mulai menjadi pembicaraan global sejak tahun 2022 lalu, istilah ini digunakan untuk menggambarkan periode stagnasi atau perlambatan dalam industri teknologi. Periode ini ditandai dengan berkurangnya investasi pada startup teknologi, penurunan nilai saham perusahaan teknologi besar, serta pemutusan hubungan kerja secara massal. Ini tentunya menjadi era kegelapan bagi para pemain di dunia teknologi, baik itu perusahaan maupun individu.
Fenomena winter di industri teknologi dipicu oleh beberapa faktor utama, di antaranya:
Kondisi Ekonomi Global: Situasi pasca pandemi Covid-19 diperparah dengan adanya konflik Rusia-Ukraina menyebabkan lonjakan demand terhadap barang dan jasa. Rantai pasok global terganggu, harga barang dan jasa meningkat secara signifikan (terjadi inflasi), termasuk biaya komponen teknologi. Ketidakstabilan ekonomi global yang terjadi tersebut membuat investor lebih berhati-hati dalam menanamkan modal selama tech winter.
Kenaikan Suku Bunga: Demi menekan tingkat inflasi bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunganya. Dengan begitu biaya pinjaman meningkat sehingga banyak startup dan perusaahan teknologi menjadi lebih kesulitan dalam mendapatkan modal. Selain itu kenaikan suku bunga ini juga menyebabkan nilai saham perusahaan menurun karena menurunnya minat investor
Persaingan yang Ketat: Akibat situasi ekonomi global yang memburuk selama tech winter, para pemain dalam industri teknologi kini tidak hanya bertarung dalam hal inovasi saja tetapi juga berebut mendapatkan pendanaan dari investor. Hal inilah yang membuat para pemain baru kesulitan untuk bertahan, karena kurangnya sumberdaya dan infrastruktur yang dimiliki
Regulasi yang Ketat: Pemerintah di banyak negara semakin memperketat regulasi terhadap perusahaan teknologi, terutama terkait dengan perlindungan data, pajak digital, dan pengawasan terhadap praktik bisnis yang dianggap monopolistik. Regulasi-regulasi tersebut dapat membatasi ekspansi serta meningkatkan biaya operasional
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, salah satu dampak langsung dari tech winter adalah penurunan investasi pada startup teknologi. Para investor menjadi lebih selektif dalam memilih perusahaan yang akan didanai.
Perusahaan teknologi besar dunia seperti Meta, Amazon, Twitter, dan lainnya telah melakukan PHK dan re-strukturisasi besar-besaran demi menekan biaya operasional. Hal ini menjadi tantangan besar bagi calon pekerja yang mempunyai skill bidang teknologi
Keterbatasan modal tentunya juga membatasi biaya biaya R&D (Research and Development). Dengan begitu tidak heran apabila laju inovasi teknologi cenderung melambat selama periode tech winter.
Tech winter menghadirkan tantangan yang besar, namun periode ini juga dapat menjadi momentum bagi perusahaan untuk berbenah dan bersiap menghadapi pertumbuhan yang lebih stabil di masa depan. Periode winter dalam industri teknologi bukan pertama kali terjadi, sejarah telah menunjukkan bahwa setelah “musim dingin” berakhir, biasanya akan bangkit gelombang inovasi baru yang lebih kuat dan revolusioner. Dalam periode ini perusahaan perusahaan akan dipaksa untuk berinovasi lebih kreatif dan mencari solusi yang lebih efisien. Dengan mempelajari dari kesulitan selama tech winter, perusahaan bisa lebih siap menghadapi perubahan di masa depan dan menciptakan peluang bisnis yang lebih baik.
Baca Juga: Siap-Siap! Prediksi PHK Besar-Besaran di Tahun 2025, Gimana Nasib Fresh Graduate?
bagikan
ARTIKEL TERKAIT